Rabu, 11 April 2012

INDONESIA MENANAM POHON


Djoko Winarno
Sekretaris Ditjen BPDAS dan Perhutananan Sosial, Kementerian Kehutanan

"INDONESIA bisa!" kini menjadi ikon bertuah. Setidaknya moto itu membawa Indonesia merebut kembali juara umum SEA Games ke-26 yang baru usai. Motto serupa itu pula yang menjiwai gerakan Indonesia Menanam, yang terus digalakkan.


Program Penanaman 1 Miliar Pohon yang diluncurkan sejak tahun lalu, misalnya, realisasinya melampaui target. Pada tahun 2010, sudah tertanam 1,7 miliar pohon, setara dengan 10,6 juta ton CO2. Itulah sumbangan berharga Indonesia bagi dunia sesuai moto ketika program itu diluncurkan, yakni One Billion Indonesian Trees for the World (OBIT).


Namun, keberhasilan pelaksanaan kegiatan program itu bukan tanpa tantangan dan hambatan, mulai dari pencarian persiapan lahan, pemilihan bibit yang tepat sasaran, pemeliharaan hingga pengawasan.


Program Penanaman 1 Miliar Pohon tahun 2011 ini merupakan kelanjutan tahun sebelumnya. Realisasinya mencapai 827 juta batang (80%) atau setara dengan 4,9 juta ton CO2. Program ini bertujuan menambah tutupan lahan dan mencegah erosi, banjir, tanah longsor, dan konservasi keanekaragaman hayati. Juga penyerapan karbon untuk mencegah dampak perubahan iklim, mendukung ketahanan pangan, energi, dan cadangan air untuk masyarakat.


Kebun Bibit Rakyat


Pemerintah juga berupaya memberdayakan masyarakat dengan memberi dukungan aktif agar masyarakat tidak sekadar menuai hasil hutan. Inilah yang mendasari kebijakan Kementerian Kehutanan yang sejak 2010 meluncurkan program Kebun Bibit Rakyat (KBR). Program ini dirancang untuk membuat masyarakat secara masif mampu memproduksi dan mendistribusikan bibit pohon secara mandiri.


Kebun yang dikelola kelompok masyarakat melalui pembuatan bibit berbagai jenis tanaman hutan dan/atau tanaman serbaguna. Pembiayaannya bersumber dari dana pemerintah dan nonpemerintah. Program ini juga bertujuan memulihkan sumber mata air di daerah aliran sungai (DAS) yang kritis.


Lebih dari itu, program ini bertujuan mengurangi risiko sosial berupa kemiskinan akibat degradasi hutan dan lahan serta memenuhi kebutuhan bibit berkualitas yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Tujuan lain, menjadi wadah pengetahuan dan keterampilan mengenai pembuatan bibit tanaman dengan benih/bibit berkualitas.


Dari sekitar 63 ribu desa di Indonesia, Kementerian Kehutanan membidik pelaksanaan program KBR di 50 ribu desa selama 5 tahun ke depan dengan target dapat merehabilitasi lahan lebih dari 6 juta hektare (ha). Keberadaan KBR diharapkan bisa menunjang program rehabilitasi lahan dan hutan.


Apalagi, kini masih ada sekitar 30 juta ha lahan kritis pada DAS prioritas yang harus segera direhabilitasi sekitar 17 juta ha-nya berada di lahan-lahan milik masyarakat.


Alternatif Penghasilan


Tahun ini target Kemenhut akan membuat 10 ribu unit KBR. Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menargetkan pada 2012 KBR akan diperluas menjadi 15 ribu unit. Hingga 2014 ditargetkan pembangunan 48 ribu unit KBR. Selain itu, akan dibangun 23 unit persemaian permanen di 22 provinsi, yang secara keseluruhan akan memproduksi 35 juta batang bibit pohon untuk seluruh wilayah di Indonesia.


Secara hitungan ekonomi sederhana, KBR bisa menjadi alternatif penghasilan untuk masyarakat di sekitar hutan. Karena dalam pelaksanaannya, selain diberi bantuan bibit yang berkualitas (untuk tanah milik) sekitar 200—400 batang/ha, masyarakat juga diberi insentif Rp500 per batang.


Dengan bantuan 400 batang bibit/ha yang ditanam di lahan petani, berdasarkan asumsi per batang volume kayu tersebut sekitar 0,25 meter kubik/batang, pada lima tahun ke depan akan diperoleh 100 meter kubik kayu/ha.


Jika harga jual per kubik sekitar Rp1 juta, akan diperoleh sekitar Rp100 juta dari penjualan kayu. Setelah dikurangi biaya perawatan sekitar Rp1,8 juta, masih ada keuntungan Rp98,2 juta, itu jika jumlah tanaman 400 batang/ha.


Jika satu unit KBR kapasitasnya sebanyak 50 ribu batang, untuk 5 tahun ke depan akan diperoleh keuntungan sekitar Rp12,275 miliar untuk setiap KBR (15 orang) atau Rp818.333.333/orang setelah dikurangi biaya pembuatan tanaman selama 5 tahun.


Mungkin jumlah itu terlihat fantastis, tapi bukan hal mustahil untuk mencapainya. Seminim apa pun hasil yang diberikan dari program ini, bila dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan tepat sasaran, akan menjadi solusi untuk memberikan pekerjaan bagi masyarakat. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar